Pandanglah pada sekalian alam dan pada diri kita, semuanya itu Wahdaniyah Af`al keesaan Perbuatan Allah. Artinya, tiada yang memperbuat sekalian alam dan diri kita melainkan satu yang punya perbuatan, yaitu Allah Ta`ala. Sekalian perbuatan yang berlaku di dalam alam ini ada perbuatan yang baik, seperti iman dan taat. Ada juga perbuatan yang jahat, seperti kafir dan maksiat. Ada juga perbuatan mubasyarah, yaitu perbuatan yang disertai usaha atau ikhtiar, seperti gerak pena pada orang yang menulis. Ada juga perbuatan tawallud, yaitu perbuatan yang terjadi dari perbuatan mubasyarah, seperti terjadinya tulisan oleh orang yang menulis. Semua yang ada itu, yang diterangkan di atas, sumber perbuatan itu adalah dari perbuatan Allah Ta`ala yang mengadakannya. Pandanglah dengan haqqul yaqin, barulah kita bisa mendapatkan makrifat wahdaniyah Af`al Allah. Apabila makrifat wahdaniyah Af`al Allah tetap kekal, fana` sirna-lah akan sekalian af`al makhluk. Kalau sudah fana` af`al makhluk kepada Af`al Allah, lepaslah kita dari syirik khafi halus, ujub, riya, sum`ah, dan sebagainya. Inilah orang ahli tauhid yang sebenarnya. Mufakat makrifatnya dengan Quran dan hadis serta ijma ulama. Firman Allah خَلَقَكُمۡ وَمَا تَعۡمَلُونَوَٱللَّهُ Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. Shaffat 96 قُلۡ كُلٌّ۬ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ فَمَالِ هَـٰٓؤُلَآءِ ٱلۡقَوۡمِ لَا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ حَدِيثً۬ا Katakanlah "Semuanya [datang] dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu [orang munafik] hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? an-Nisa78 Sabda Nabi Saw. “Tidak bergerak satu zarah pun selain dengan izin Allah.” Kata Sayyidina Umar bin al-Farid “Jikalau terlintas di dalam hatiku suatu kehendak akan yang lain selain Allah atas hatiku, jika dengan lupa sekalipun, niscaya aku hukumkan diriku ini murtad.” Sudah nyatalah sekaliannya dengan firman, hadis, dan perkataan para sahabat bahwa makrifat ahlussunnah wal jama`ah menyatakan usaha atau ikhtiar makhluk tidak memberi bekas. Artinya, usaha atau ikhtiar makhluk tidak bisa mengadakan yang tidak ada menjadi ada. Makhluk sekali-kali tidak mempunyai perbuatan karena tidak bisa meng-ada-kan yang tidak ada menjadi ada. Hanya perbuatan Tuhan saja yang bisa meng-ada-kan dari tidak ada menjadi ada. Adapun yang ada pada sekalian alam ini tetap Af`al Allah Ta`ala karena wahdaniyah Af`al Allah itu tidak kamuttasil dan kamunfasil. Kamuttasil artinya berbilang-bilang atau bersuku-suku. Kamunfasil artinya berpecah-pecah atau berbagi-bagi. Segala perbuatan makhluk tidak bisa becerai dengan Yang Punya Perbuatan, tetaplah Perbuatan Allah juga yang mengadakan pada diri makhluk. Oleh sebab itu yang ada pada makhluk hanya sebatas usaha atau ikhtiar yang tidak memberi bekas sama sekali. Itulah sebabnya pada diri makhluk berlaku hukum syara`. Barang siapa mengusahakan Perintah `Amr Allah Ta`ala dibalas dengan surga, sedangkan yang mengusahakan Larangan Nahi Allah Ta`ala dibalas dengan neraka. Maka dalam hidup ini janganlah kita melampaui syariat Nabi Muhammad Saw. atau syariat Muhammadiyah. Jika melampaui, bisa menjadi kafir zindik. Seperti kata Sultanul Awliya Abdul Qadir al-Jailani “Tiap-tiap hakikat yang tiada disertai syariat, maka zindik.” Kata Imam Junayd al-Burdadi “Barang siapa mengetahui ilmu fikih, yaitu ilmu syariat dengan tiada mengetahui ilmu tasawuf, yaitu ilmu hakikat, sesungguhnya orang itu fasik dan barang siapa mengetahui ilmu tasawuf, yaitu ilmu hakikat dengan tidak mengetahui ilmu fikih, yaitu syariat, sesungguhnya orang itu zindik. Barang siapa mempunyai kedua ilmu itu, yaitu fikih dan tasawuf atau syariat dan hakikat, sesungguhnya orang itu tauhid yang sebenarnya mukmin yang sebenarnya." Kata ulama tasawuf “Bermula syariat dengan tiada hakikat adalah hampa dan hakikat dengan tiada syariat adalah batal". Dalam menjalani hidup ini berpeganglah dengan adab yang sempurna. Pahamilah pengertian syariat dan hakikat. Janganlah kita sandarkan segala kejahatan kepada Allah atau menghina Allah Ta`ala. Seperti kita berbuat jahat, yakni berzina dan berbuat keharaman dan meringan-ringankan syariat. Pada hakikatnya, semua hukum syara` itu Allah Swt. yang membuatnya. Jika kamu lalu melimpahkan semuanya Allah Ta`ala yang berbuat, pendapat seperti ini menjadikan kekafiran. Wajib atas kita mengamalan adab yang difirmankan Allah Swt. مَّآ أَصَابَكَ مِنۡ حَسَنَةٍ۬ فَمِنَ ٱللَّهِۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ۬ فَمِن نَّفۡسِكَۚ Apa saja ni’mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari [kesalahan] dirimu sendiri. an-Nisa79 Dari firman di atas, nyatalah Allah tidak bersifat zalim terhadap hamba-Nya dan tidak boleh kita sandarkan kejahatan pada Allah dan kita tuduh Alah juga yang berbuat kejahatan. Wajib kita memelihara diri agar tidak tergelincir menjadi kaum yang sesat, yaitu kaum yang mengi`tikadkan perbuatan hamba disandarkannya semua pada Allah. Dari firman di atas, terbagilah umat menjadi empat kaum, yaitukaum Qadariyah, yakni kaum yang mengi`tikadkan segala perbuatan hamba semuanya dari kuasa qudrat hamba yang baharu dan perbuatan hamba itu memberi bekas. Kaum seperti ini adalah kaum yang lalai, tidak dipandangnya qudrat yang ada pada dirinya itu sebagai karunia dari Qudrat Allah Ta`ala. kaum Jabariyah, yakni kaum yang mengi`tikadkan segala perbuatan hamba semuanya dari Allah Ta`ala dan dalam keyakinan mereka hamba tidak ada sama sekali. Usaha atau ikhtiar hamba hanya seperti bulu yang diterbangkan oleh angin tidak ada apa-apanya. Semuanya disandarkan pada Allah Ta`ala sehingga dia membunuh orang pun dikatakannya Allah yang membunuh. Mereka pun tidak memakai hukum syara` lagi. Inilah kafir zindik. kaum Ahlussunah wal jama`ah, yakni kaum yang mengi`tikadkan semua perbuatan hamba itu dari Allah, yang ada pada hamba hanya usaha atau ikhtiar yang tidak bisa memberi bekas, artinya tidak bisa mengadakan yang tidak ada menjadi ada. Semua yang menentukan, yang ada pada hamba hanya usaha atau ikhtiar. kaum Ahlul Kasyaf, yaitu kaum yang dianugerahi Allah Ta`ala terbuka dinding rahasia alam sehingga mereka memandang dengan sebenar-benarnya fil hakiki dengan pandangan makrifat dan zauq wajidan. Jika kita senantiasa memusyahadahkan segala perbuatan yang ada pada sekalian alam dengan cara yang telah diterangkan di atas hingga fana-lah af`al makhluk pada Af`al Allah Ta`ala. Inilah orang ahli tauhid yang sebenarnya dan memperoleh dua nikmat. وَلِمَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ جَنَّتَانِ Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. ar-Rahman 46Surga pertama adalah surga ma`rifatullah pengenalan akan Tuhan di alam dunia. Surga kedua adalah surga yang ada di akhirat. Ketahuilah maqam kedudukan tauhidul Af`al itu, yaitu maqam terendah dari segala maqam orang arif billah, tetapi dengan maqam yang di bawah inilah kita bisa sampai pada maqam yang lebih tinggi. Maqam inilah yang mula-mula dianugerahkan Allah Ta`ala pada seorang salik dan seorang yaitu orang yang bersungguh-sungguh berjuang dalam ibadah dengan riyadah pelatihan dan mujahadah kesungguhan serta mengamalkan segala wirid yang diijazahkan gurunya. Majzub, yaitu orang yang dikaruinai Allah Ta`ala dengan tiba-tiba memperoleh makrifat tauhidul af`al, tauhidul asma, tauhidul shifat, dan tauhidul zat tanpa berbuat ibadah dari petunjuk dan ijazah guru, melainkan semata-mata dari petunjuk Allah Ta`ala. Sementara itu ada pula orang arif billah, yaitu orang yang mengenal Allah Ta`ala dan mengenali dirinya dan dapat membedakan antara Khalik dan makhluk sehingga sempurna musyahadah-nya penyaksiannya pada Allah Ta`ala. Adam Troy Effendy By Published 2014-02-17T205100+0700 Makrifat Mengesakan Af`al Allah [Kitab Makrifat Ahlullah] 5 411 reviews
AFALULLAH • Perbuatan Allah. • Setiap kejadian yang berlaku di alam ini dengan kehendak dan iradat Allah. • Contoh: Siang dan malam, bencana alam. 3.
– Af’alul khomsah adalah lima fi’il mudhari’ yang memiliki karakteristik khusus dalam hukum i’rabnya sehingga menjadi pembagian sendiri dalam penjelasan kalimat fi’il Bahasa Arab. Yang perlu diperhatikan, jangan sampai tertukar dengan istilah asmaul khomsah. Afalul khomsah = fi’il yang lima. Asmaul khomsah = isim yang lima. Karena sama-sama menggunakan istilah khomsah, banyak pemula yang tertukar saat menyebutkan keduanya. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut apa itu afalul khomsah beserta contohnya, yuk simak penjelasannya berikut ini. Secara bahasa Secara bahasa, afalul khamsah الأفعال الخمسة terdiri dari dua kata الأفعال dan الخمسة. الأفعال merupakan jamak taksir dari lafadz الفعل yang berarti kalimat-kalimat fi’il. GUNAKAN PROMO INI SEBELUM KEHABISAN .... Sedangkan kata الخمسة berarti yang lima. Dengan demikian, secara bahasa, afalul khomsah berarti fi’il-fi’il yang limat. Secara istilah Adapun menurut istilah ilmu nahwu, definisi afalul khomsah yaitu sebagai berikut الأفعال الخمسة هي كل فعل مضارع اتّصل به ألف الاثنين، أو واو الجماعة، أَو يَاء المخاطبة Af’alul khomsah adalah setiap fiil mudhari’ yang bersambung dengannya alif tatsniyah, atau wawu jamak, atau ya’ mukhotobah.kitab An-Nahwu At-Tathbiqiyy Macam Macam Afalul Khomsah gambar tabel macam macam af’alul khomsah Dilihat dari pengertiannya, af’alul khomsah bisa dibagi menjadi 3 kelompok besar Alif tatsniyah Afalul khomsah dari alif tatsniyah ada dua macam يَفْعَلَانِ dan تَفْعَلَانِ. Keduanya berasal dari dhomir huma dan antuma. Lihat tabel berikut ini NoDhomirAfalul KhomsahArtinya1lk2-هُمَايَفْعَلَانِMereka berdua laki-laki sedang/akan mengerjakan2pr-هُمَاتَفْعَلَانِMereka berdua perempuan sedang/akan mengerjakan3اَنْتُمَاتَفْعَلَانِKalian berdua bisa laki/perempuan sedang/akan mengerjakanTabel afalul khomsah dari alif tatsniyah Perhatikan kata تَفْعَلَانِ. INGIN PINTAR BERBAHASA ARAB? BELI BUKUNYA DENGAN HARGA PROMO DI SINI Kata tersebut bisa digunakan untuk mereka berdua perempuan, dan bisa juga untuk kamu berdua baik laki-laki maupun perempuan. Wawu Jamak Pembagian af’alul khomsah yang kedua, yang diikuti dengan wawu jamak. Ada dua macam juga. Berasal dari dhomir hum dan antum. Lihat tabel berikut untuk lengkapnya NoDhomirAfalul KhomsahArtinya1هُمْيَفْعَلُوْنَMereka laki-laki sedang/akan mengerjakan2اَنْتُمْتَفْعَلُوْنَKalian laki-laki sedang/akan mengerjakanTabel afalul khomsah dari wawu jama’ah Baca jamak mudzakkar salim. Ya Mukhotobah Yang terakhir, satu fi’il mudhari’ yang diikuti ya’ mukhotobah. Berasal dari dhomir anti اَنْتِ. Yaitu تَفْعَلِيْنَ. Artinya kamu perempuan sedang/akan mengerjakan. Sebutkan Af’alul Khomsah Apa Saja! Setelah mengetahui pembagiannya, maka bisa kita ringkas, 5 fi’il mudhori’ yang disebut dengan afaalul khomsah yaitu يَفْعَلَانِ contohnya contohnya contohnya contohnya contohnya تَكْتُبِيْنَ. Silakan hafalkan 5 fi’il mudhari’ di atas agar nanti lancar saat menentukan i’rabnya. 5 Kondisi di atas adalah kondisi saat marfu’. Hukum I’rab Af’alul Khomsah Alamat i’rob af’alul khomsah yaitu sebagai berikut Alamat rofa’ af’alul khamsah adalah bitsubutin-nun dengan tetapnya nun. Contohnya الْمُسْلِمُوْنَ يُصَلُّوْنَ فِي الْمَسْجِدِ. Para lelaki muslim sedang sholat di khamsah saat nashob ditandai dengan membuang nun. Contohnya الْمُسْلِمُوْنَ لَنْ يُصَلُّوْا فِي السَّفِيْنَةِ. Para lelaki muslim tidak akan sholat di khamsaat saat jazm ditandai dengan membuang nun. لَمْ يُصَلُّوْا. Saat nashob dan jazm, nun dibuang. Saat rofa’, nun tetap ada. Pembagian Af’alul Khomsah Afalul khomsah bisa juga dibagi menjadi 3 yaitu Bentuk ma’lum Yaitu yang berbentuk kata kerja aktif. Bisa diartikan me-. Contohnya يَنْصُرَانِ، تَنْصُرَانِ، يَنْصُرُوْنَ، تَنْصُرُوْنَ، تَنْصُرِيْنَ Artinya menolong. Contohnya dalam bentuk kalimat. الْمُسْلِمَانِ يَنْصُرَانِ أَخَاهُمَا Dua orang muslim menolong saudara mereka berdua. Bentuk majhul Berbentuk kata kerja pasif. Artinya di-. يُنْصَرَانِ، تُنْصَرَانِ، يُنْصَرُوْنَ، تُنْصَرُوْنَ، تُنْصَرِيْنَ Artinya ditolong. Contohnya dalam kalimat الْمُسْلِمَانِ يُنْصَرَانِ. Penjelasan Af’alul Khomsah Lanjutan Alif tatsniyah, wawu jamak, dan ya mukhotobah pada afalul khomsah, ada kalanya menjadi fa’il, naibul fa’il, dan isimnya kaana. Menjadi fa’il, jika dalam bentuk ma’lum, seperti يَجْلِسُوْنَ, mereka laki-laki naibul fa’il, dalam bentuk majhul, seperti يُكْتَبُوْنَ, mereka laki-laki isimnya kaana, seperti يَكُوْنَانِ، يَكُوْنُوْنَ، تَكُوْنِيْنَ. Contoh Kalimat Af’alul Khomsah Contoh dibentuk dari fiil madhi Berikut ini contoh afalul khomsah beserta artinya NoFiil MadhiAf’alul KhomsahMa’lumAf’alul KhomsahMajhulArtinya1ضَرَبَيَضْرِبُوْنَيُضْرَبُوْنَMemukul/Dipukul2اَخْرَجَيُخْرِجَانِيُخْرَجَانِMengeluarkan/Dikeluarkan3عَلَّمَتُعَلِّمُوْنَتُعَلَّمُوْنَMengajar/Diajar4اَكْرَمَتُكْرِمَانِتُكْرَمَانِMemuliakan/Dimuliakan5قَرَأَيَقْرَأُوْنَيُقْرَأُوْنَMembaca/Dibaca6اَذْهَبَتُذْهِبِيْنَتُذْهَبِيْنَMenghilangkan/Dihilangkan7مَنَعَيَمْنَعُوْنَيُمْنَعُوْنَMencegah/Dicegah8اَنْزَلَيُنْزِلُوْنَيُنْزَلُوْنَMenurunkan/Diturunkan9سَأَلَتَسْأَلُوْنَتُسْأَلُوْنَBertanya/Ditanya10عَرَفَيَعْرِفُوْنَيُعْرَفُوْنَMengetahui/DiketahuiTabel contoh afalul khomsah Contoh dalam Al Qur’an Berikut ini contoh-contoh afalul khomsah di dalam Al Qur’an beserta surat dan ayatnya Marfu’ Surat Al Baqarah ayat 75 اَفَتَطْمَعُوْنَ اَنْ يُّؤْمِنُوْا لَكُمْ. Maka apakah kamu Muslimin sangat mengharapkan mereka akan percaya al Maidah ayat 37 يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنَ النَّارِ. Mereka ingin keluar dari Ar-rahman ayat 6 وَّالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ. Dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk kepada-Nya.Surat Hud ayat 73 قَالُوْٓا اَتَعْجَبِيْنَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ. Mereka para malaikat berkata, “Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah?Surat Hud ayat 18 اُولٰۤىِٕكَ يُعْرَضُوْنَ عَلٰى رَبِّهِمْ. Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan al ahqaf ayat 17 وَهُمَا يَسْتَغِيْثٰنِ اللّٰهَ. Lalu kedua orang tuanya itu memohon pertolongan kepada Allah. Manshub Surat Al Baqoroh ayat 75 اَفَتَطْمَعُوْنَ اَنْ يُّؤْمِنُوْا al Maidah ayat 37 يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنَ Al Kahfi ayat 82 ۚفَاَرَادَ رَبُّكَ اَنْ يَّبْلُغَآ اَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَۚ. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Majzum Surat As-shaffat ayat 29 قَالُوْا بَلْ لَّمْ تَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَۚ. Pemimpin-pemimpin mereka menjawab, “Tidak, bahkan kamulah yang tidak mau menjadi orang At-Tahrim ayat 10 فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا. Tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari siksaan Al Qashash ayat 7 وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ. Dan janganlah engkau takut dan jangan pula bersedih hati. Beri’rab jazm karena didahulu laa nahiyah. Baca juga Alamat nashob jamak muannats salim. Akhir Kata Setelah membaca artikel ini, mudah-mudahan kamu bisa menjawab, apa yang dimaksud afalul khomsah, bisa sebutkan macam dan contohnya, serta bisa menentukan i’rab yang tepat. Demikian materi penjelasan lengkap tentang af’alul khomsah kali ini. Silakan dishare jika materi ini bermanfaat. Baca juga isim ghoiru munshorif. Contohnyayaitu: نحو وَهَبَنِيْ اللهُ فِدَاءَ الْمُخْلِصِيْنَ Allah menjadikanku sebagai tebusan bagi orang-orang yang ikhlash Ketentuan Af'al at-Tahwil Fi'il-fi'il yang disebutkan di atas me- nashab- kan dua maf'ul jika fi'il-f'il tersebut bermakna "صَيَّرَ" ( merubah/menjadikan) yang menunjukkan pada perubahan situasi atau keadaan.-Bismillahirrahmanirrahim- Assalamualaikum. Kaifa halukum? Diharapkan semua baik2 saja. Entri kali ini saya nak berkongsi sedikit nota PIM 3112, Pengajian Aqidah yang dipelajari pada semester yang lalu. Dah habis sem baru nak kongsi? Sebenarnya dah lama ingin berkongsi, tapi sekarang baru berpeluang untuk taip semula apa yang dipelajari. Gaya macam busy sangat je. Huuu~ Tapi xpe la kan, better late than never omputih cakap. ^_~ Semoga nota ini bermanfaat untuk adik2 junior dan kepada yang membacanya. ' *** [Af'alullah] Definisi • Setiap kejadian yang berlaku di alam ini berdasarkan dengan kehendak dan iradat Allah Taala. • Setiap manusia wajib beriman dan redha dengan segala ketetapan dan pelaksanaan Allah terhadap hambaNya. Kerana kuasa Allah adalah mutlak. Manusia juga wajib yakin dan percaya Allah melaksanakan segala-galanya dengan kuasa, ilmu, kehendak dan segala sifat kesempurnaanNya dan bukan secara sia-sia. Contoh • Kejadian siang dan malam • Bencana alam • Pasang surut lautan Dalil "Dan ingatlah tidaklah Kami menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antaranya, secara main-main." Surah al-anbiya’ 16 Kekeliruan memahami konsep af’alullah Zaman Rasulullah hingga zaman ulama’ khalaf Umat Islam beriman pada qadha’ dan qadar tanpa ada persoalan. Mereka menerima Islam dengan hati yang ikhlas. Apabila empayar islam berkembang Berlaku perbahasan falsafah dan budaya lalu menimbulkan kekeliruan terhadap konsep af’alullah. Antaranya mengenai pergerakan makhluk atau manusia. Adakah setiap gerakan tersebut atau kemahuan untuk melakukan sesuatu dikira sebagai perbuatan yang dijadikan Allah atau lahir daripada kudrat dan kekuasaan manusia itu sendiri? Pendapat Ahli Sunnah Wal Jama’ah Allah memberi kuasa memilih kepada manusia berdasarkan kepada akal dan wahyu dalam melakukan sesuatu perkara atau perbuatan. Namun, berlakunya sesuatu perkara atau perbuatan itu adalah dengan izin Allah. "Dan kamu tidak dapat menentukan kemahuan kamu mengenai sesuatupun, kecuali dengan cara yang diatur oleh Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan seluruh alam." Surah at-takwir 29 Ayat ini menunjukkan bahawa manusia mempunyai pilihan dan kehendak mereka sendiri dalam melakukan sesuatu perkara dan perbuatan yang dijadikan oleh Allah. Sekiranya Allah tidak menghendaki perkara itu terjadi, ia tidak akan terjadi dan itulah ketentuan yang ditakdirkan oleh Allah.[Af'alul Ibad] Definisi Setiap perbuatan dan tindakan manusia bergantung kepada usaha dan ikhtiar manusia • Makan • Minum • Melayari facebook Bahagian af’alul ibad • Ikhtiari Sesuatu yang berlaku atas kemahuan dan kehendak manusia itu sendiri seperti beribadah, makan, tidur. • Ijbari Sesuatu yang berlaku bukan atas kehendak dan kemahuan manusia itu sendiri seperti bersin, cacat anggota, warna berkenaan af’alul ibad • Ahli Sunnah Wal Jama’ah Allah swt menjadikan kudrat dan iradat kepada manusia, dan mereka diberi kuasa memilih untuk melakukan perkara tersebut dengan izin Allah swt. • Qadariah Manusia berkuasa penuh melakukan sesuatu perbuatan tanpa ada sebarang hubungan dengan Allah. • Mu’tazilah Manusia berkuasa penuh melakukan sebarang perbuatan dengan kudrat dan iradat yang diberikan oleh Allah swt. • Jabariah Semua perbuatan adalah dengan kehendak Allah swt semata-mata. Manusia tiada kuasa langsung dalam sesuatu perbuatan. *** Oppss panjang sangat dah ni. InshaaAllah, nota akan disambung pada entri seterusnya. Keep on reading! ' Mantap aqidah, kukuh agama. '